Sido Muncul Siap Ekspansi Bisnisnya di Nigeria Mulai 2019

Tahun depan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk akan berencana merambah pasar Nigeria, Afrika. Produsen obat herbal yang sangat populer di Indonesia ini setidaknya membutuhkan waktu satu tahun sebelum merealisasikan ekspor ke Afrika.

Pada 5 Januari 2018 lalu, Sido Muncul telah mendirikan anak usaha di Nigeria dengan nama Muncul Nigerila Limited. Pendirian anak perusahaan tersebut bertujuan untuk memudahkan proses pendaftaran izin impor dan pemasaran produk Sido Muncul di Nigeria.

Direktur Utama Industri Jamu dan Famasi Sido Muncul, David Hidayat mengungkapka bahwa Nigeria memiliki jumlah populasi penduduk sebesar 175 juta orang sehingga hal ini yang membuat Sido Muncul yakin bahwa pasar Nigeria sangat menjanjikan. David menambahakan bahwa nantinya produk Sido Muncul juga akan dipasarkan ke negara tetangga Nigeria yang jumlah penduduknya lebih kecil.

Debut perdana ekspansi, Sido Muncul nantinya hanya akan memasarkan produk ke Nigeria. Jadi pihaknya belum berencanan untuk membangun pusat produksi di negara tersebut. Untuk mengawali rencana ekspor perdana ke Nigeria, Sido Muncul berencana akan manambahkan kantor perwakilan di negara tujuan ekspor lain yang sudah dirambah.

Perusahaan yang tercatat dengan kode saham SIDO di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini terkahir kali menambahkan kantot perwakilan pada Oktober 2018 lalu di Filipina.

Produk ekspor Sido Muncul yang diekspor adalah Tolak angin dan Kuku Bima Energi. Kedua produk tersebut memang sangat populer di Indonesia dan populer di negara-negara Asia. Hingga saat ini David belum menyebutkan berapa target yang ditetapkan. Pihaknya mengaku sejauh ini kontribusi penjualan ekspor masih minim. Namun demikian untuk prospek ke depan sangat menjanjikan.

Tahun 2019 Sido Muncul mengalokasikan dana belanja modal atau capital expenditure mencapai Rp 150 miliar. Namun manajemen perusahaan belum bersedia mengungkapkan target kinerja kuangan di 2019. Sementara hingga September 2018, pendapatan Sido Muncul tumbuh 4,30% year on year menjadi Rp 1,94 triliun.

Untuk penjualan herbal dan suplemen memiliki kontribusi mencapai Rp 1,27 triliun. Sementara untuk laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk melesar hingga 26,22% year in year menjadi Rp 480,11 miliar.