PT PLN (Persero) memantapkan posisinya sebagai pionir dalam pengembangan ekosistem hidrogen di Indonesia. Langkah ini tidak hanya mempercepat transisi energi, tetapi juga diprediksi akan menjadi pendorong signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jodi Mahardi menegaskan bahwa Indonesia berada dalam posisi yang menguntungkan untuk memenuhi permintaan pasar global terhadap hidrogen rendah karbon.
Pada acara Indonesia International Hydrogen Summit di Jakarta, Jodi menyampaikan keyakinannya bahwa pengembangan ekosistem hidrogen akan memberikan dampak ekonomi yang substansial bagi Indonesia. “Indonesia dalam posisi yang sangat baik dalam memenuhi permintaan pasar ekspor untuk hidrogen rendah karbon di masa mendatang,” katanya.
Untuk mengoptimalkan potensi hidrogen, pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menerbitkan National Hydrogen Strategy.
Strategi ini menjadi peta jalan penting bagi pengembangan hidrogen dalam era transisi energi. Jodi menekankan perlunya koordinasi dan kolaborasi, terutama di kawasan Asia Tenggara, untuk memperkuat ekosistem hidrogen. Dukungan kebijakan yang konsisten juga sangat diperlukan untuk mendorong produksi hidrogen oleh industri dalam negeri.
“Upaya-upaya ini akan memastikan PLN dapat mendorong kepemimpinan Indonesia dalam perekonomian hidrogen,” ujar Jodi, menunjukkan keyakinan bahwa inisiatif ini akan menempatkan Indonesia sebagai pemimpin dalam ekonomi hidrogen.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menegaskan komitmen perusahaan dalam mengembangkan hidrogen sebagai bagian dari dukungan terhadap transisi energi di Indonesia. “Hidrogen merupakan salah satu pilar kunci dalam mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada 2060. PLN memandang hidrogen sebagai energi masa depan dalam mendukung upaya mereduksi emisi,” katanya.
PLN telah mengambil langkah konkret dengan membangun pengembangan ekosistem hidrogen, khususnya green hydrogen secara end-to-end. Saat ini, PLN memiliki 22 Green Hydrogen Plant (GHP) yang memanfaatkan pembangkit listrik tenaga panas bumi, tenaga surya, dan renewable energy certificate untuk menghasilkan hidrogen hijau.
Direktur Manajemen Pembangkitan PLN, Adi Lumakso menjelaskan bahwa dari total 22 GHP, PLN mampu memproduksi 203 ton hidrogen hijau per tahun. Dari jumlah tersebut, 75 ton digunakan untuk kebutuhan operasional pembangkit, sedangkan 128 ton sisanya dapat mendukung kebutuhan lain, termasuk kendaraan hidrogen.
“Kami melihat peluang di dalam operasional perusahaan. Kami manfaatkan existing facility yang ada di pembangkit kami, kemudian kami lakukan inovasi dengan memanfaatkan 100 persen energi baru terbarukan (EBT) agar bisa memproduksi green hydrogen,” ujar Adi.
PLN juga telah meresmikan Hydrogen Refueling Station (HRS) pertama di Indonesia pada Februari 2024 lalu, yang terletak di kawasan Senayan, Jakarta. HRS ini menyediakan fasilitas pengisian untuk kendaraan berbasis hidrogen, mendukung inisiatif perusahaan dalam mempromosikan penggunaan hidrogen sebagai bahan bakar alternatif.
Ke depan, PLN terus membuka diri untuk kolaborasi dengan berbagai pihak dalam pengembangan green hydrogen di Indonesia. Langkah-langkah strategis ini menunjukkan tekad PLN untuk memimpin transisi energi dan mendukung visi jangka panjang menuju Net Zero Emissions 2060.
Dengan ekosistem hidrogen yang berkelanjutan, Indonesia diharapkan dapat mengukir prestasi dalam ekonomi energi bersih di masa depan.
Demikian informasi seputar pengembangan ekosistem hidrogen. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Ollowearables.Com.