ExxonMobil memperingatkan bahwa pasokan migas global berpotensi menurun hingga 15% per tahun hingga 2050 jika tidak diimbangi dengan investasi yang konsisten dan berkelanjutan. Proyeksi ini lebih tinggi dibandingkan estimasi International Energy Agency (IEA) yang memperkirakan penurunan hanya 8%.
Dalam laporan proyeksi globalnya, ExxonMobil menekankan bahwa seiring tingginya permintaan minyak bumi dan gas alam, menjaga pasokan migas membutuhkan investasi jangka panjang. Jika tidak, dunia akan menghadapi defisit energi besar dan lonjakan harga minyak hingga 400% dalam waktu singkat.
“Penurunan pasokan 15% per tahun dapat mengakibatkan ketidakstabilan ekonomi global dan gangguan signifikan pada kehidupan masyarakat,” ujar perusahaan dalam ringkasan eksekutifnya.
Produksi dari sumber migas nonkonvensional seperti serpih dan batuan padat juga mengalami penurunan alami lebih cepat, memperburuk risiko penurunan pasokan. Tanpa investasi baru, ExxonMobil memperkirakan pasokan minyak dunia dapat anjlok dari 100 juta barel per hari menjadi hanya 30 juta bph pada 2030.
Sementara itu, laporan jangka pendek IEA mencatat produksi minyak dunia turun 570.000 bph pada Februari 2025 menjadi 82,8 juta bph. Namun, pasokan global justru naik menjadi 103,3 juta bph berkat peningkatan dari OPEC+, termasuk Iran dan Venezuela.
IEA juga memproyeksikan bahwa produksi non-OPEC+ akan meningkat 1,5 juta bph pada 2025, dipimpin oleh AS. Rencana penghentian pemangkasan produksi sukarela oleh OPEC+ pada April turut menambah ekspektasi keseimbangan pasokan migas dunia.
Dengan tantangan jangka panjang dan dinamika jangka pendek ini, investasi pada sektor migas tetap menjadi kunci untuk memastikan keberlanjutan pasokan energi dunia.
Demikian informasi seputar pasokan migas dunia. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Ollowearables.Com.