Industri tambang batu bara di Aceh terus menunjukkan potensi besar dalam kontribusinya terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD), meskipun menghadapi tantangan signifikan akibat penurunan harga batu bara global.
Pada awal 2025, harga batu bara Aceh Barat tercatat di angka 29,82 USD/Ton, sedikit merosot dibandingkan minggu sebelumnya yang masih berada di angka 30,07 USD/Ton, berdasarkan data dari Indonesian Coal Index Report (Argus/Coalindo).
Namun, PT Mifa Bersaudara sebagai salah satu pemain utama di industri tambang batu bara di Aceh, terus berusaha menjaga kelangsungan operasionalnya di tengah ketidakpastian pasar. Perusahaan telah beroperasi lebih dari satu dekade, menerapkan berbagai strategi efisiensi guna menekan biaya produksi, agar dapat bertahan di tengah fluktuasi harga yang cenderung turun dalam dua tahun terakhir.
Kepala Teknik Tambang PT Mifa Bersaudara, Hadi Firmansah mengungkapkan bahwa perusahaan fokus pada pengurangan biaya operasional tanpa mengorbankan keselamatan atau kualitas produksi.
Salah satu langkah yang diambil adalah dengan meningkatkan efisiensi di setiap tahap operasional, mulai dari penggunaan bahan bakar hingga pengelolaan alat berat.
Selain itu, perusahaan juga melakukan negosiasi ulang dengan pemasok untuk mendapatkan harga yang lebih kompetitif dalam pengadaan bahan bakar dan suku cadang.
Tak hanya itu, PT Mifa Bersaudara juga memperkuat kemitraan strategis dengan berbagai pihak, termasuk organisasi pertambangan dan perguruan tinggi. Kemitraan ini bertujuan untuk memperkuat jaringan profesional serta meningkatkan pengembangan sumber daya manusia di sektor pertambangan.
Dengan terus menerapkan strategi efisiensi operasional, penyesuaian pola produksi, dan memperkuat kemitraan, PT Mifa Bersaudara berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan industri tambang batu bara di Aceh, meskipun menghadapi tantangan besar di tahun 2025.
Demikian informasi seputar pertumbuhan tambang batu bara di Aceh. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Ollowearables.Com.
