Tidak terasa Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-40 tahun 2018 telah berakhir. Penutupan PKB diiringi pula dengan garapan Sendratari “Gugurnya Parikesit” dari SMKN 3 Sukawati, Gianyar.
Menariknya, garapan tersebut sempat “menyentil” pemimpin baru yang terpilih agar ingat untuk menepati janjinya. Ajang akbar tahunan itu secara resmi ditutup oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika dengan pencabutan kayonan api di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya-Art Center, Denpasar.
Di sela-sela alur cerita, muncul petuah sang Bhagawan kepada Parikesit tentang ajaran kepemimpinan hal tersebut rupanya cukup “menyentil” sang pemimpin yang baru lahir dari pesta demokrasi kemarin. Melalui pentas itu, pemimpin yang baru diingatkan kembali agar menepati janji yang telah diucapkannya. Kebetulan, malam penutupan PKB itu juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Bali terpilih, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati.
Beginilah petuah dari sang Bhagawan dalam bahasa Indonesia “Prabu, ingatlah dengan janji. Sekarang prabu sudah jadi pemimpin baru. Janji Prabu itu agar ditepati. Agar pasti. Karena rakyat sudah memilih prabu, agar tidak disebut pemimpin bohong, atau suka mengumbar janji”.
Sontak pesan tersebut mendapat riuh tepuk tangan penonton yang memenuhi tribun Panggung Ardha Candra. Malam itu, jumlah penonton bahkan tidak seperti biasanya. Tidak jarang, pengunjung PKB harus rela berdiri karena tidak kebagian tempat. Malam penutupan PKB kala itu memang lebih ramai dari kunjungan biasanya. Tidak saja di tribun, di stand makanan dan pameran kerajinan juga berjubel pengunjung.
“Gugurnya Parikesit” sebuah sendratari kolosal mengisahkan tentang matinya Parikesit karena kesalahan yang menghina seorang pertapa. Dalam lakon itu mengisahkan perjalanan hidup dan mati manusia sangat ditentukan oleh takdirnya sendiri. Rsi Srenggi dengan begitu geram marah melihat ayahnya, Bhagawan Samiti yang sedang melakukan Mono Brata di hutan, dikalungkan bangkai ular oleh Prabu Parikesit. Maka, saat itu juga dia mengutuk Sang Prabu agar dalam waktu tujuh hari tewas dipatuk oleh Ular Naga Taksaka. Dari saat itu, berbagai usaha diupayakan seluruh rakyat agar sang raja bisa diselamatkan, tetapi takdir berkata lain. Pada hari ke-7 Prabu Parikesit akhirnya terbunuh oleh Ular Naga Taksaka.